
Jangan berbisnis alutsista, kamu tidak akan kuat. Biar aku saja. Pernyataan ala Dilan ini sangat mewakili bagaimana bisnis alutsista dijalankan di Indonesia. Koordinasi antar prinsipal yang kebanyakan di luar negeri dan pengguna di Indonesia, mengatur bagaimana agar alutsista itu bisa sesuai dan cocok dengan kebutuhan pengguna, sampai dengan mengatur proses pengadaannya yang seringkali berkejaran dengan waktu.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, kalau melihat kedatangan tank angkut pasukan M113A1-BE yang kemudian bisa mempersingkat transformasi kecabangan infantri TNI Angkatan Darat menjadi Infantri Mekanis, sudah tentu merupakan sebuah pencapaian yang sungguh patut diberikan apresiasi. Lalu siapakah tokoh yang berhasil melakukan orkestrasi di balik layar untuk mendatangkan tank angkut pasukan ikonik ini untuk TNI AD?
Dalam mengapresiasi upaya seperti itulah ARCinC dengan segala daya upaya berhasil mengumpulkan daya dan asa untuk menuangkan segenap kisah dan perjuangan yang jauh dari hiruk pikuk publik dalam hal pengadaan alutsista, menjadi nukilan-nukilan kisah yang mudah dicerna sehingga pembacanya bisa memahami apa dan bagaimana ketika M113A1-BE dan Arisgator itu bisa hadir di Indonesia dan disaksikan oleh semua khalayak.
Semua itu bisa dibaca dalam Buku “M113A1-BE, Mimpi yang Tertunda Empat Dasawarsa”, mengisahkan pemenuhan janji dan mimpi TNI AD untuk memiliki tank angkut pasukan M113 yang paling populer dan teruji di medan tempur dalam sejarah ini, menyajikan perspektif unik yang belum pernah dibahas dalam buku kemiliteran lainnya.
Tertarik untuk memiliki buku “M113A1-BE, Mimpi yang Tertunda Empat Dasawarsa”? Klik pada tautan di bawah untuk mendapatkannya: