
Pengumuman Viking Air seperti dikutip dari Flight Global (18/6/19) dalam Paris Air Show 2019 bahwa Indonesia telah membeli enam unit pesawat amfibi CL-515 dengan konfigurasi empat untuk misi pencarian dan penyelamatan atau first responder, dan dua lainnya untuk misi pemadaman karhutla tentu disambut gembira.
Pasalnya di negeri rawan bencana dan kebakaran hutan, sudah lama Indonesia menghabiskan biaya untuk menyewa helikopter dan pesawat pemadam kebakaran.
Namun yang sebenarnya membuat bertanya-tanya, CL-515 yang dikatakan sebagai penerus atau penyempurna CL-415 ini sebenarnya belum pernah dibuat, atau baru sebatas konsep di atas kertas belaka.
Secara konsep CL-515 memang lebih oke, dengan janji mampu membawa tangki air berkapasitas 7.000 liter yang lebih besar 15 persen dibandingkan CL-415. Pesawat pun bisa dikonfigurasi sebagai penyemprot hama atau pembawa penumpang dengan kapasitas 12 orang.
Pada Desember 2018, ketika Viking Air mempresentasikan konsep CL-515, perusahaan itu bahkan belum tahu apakah memang akan memproduksi CL-515 atau tidak.
Padahal dengan perubahan spek yang cukup signifikan, dari CL-415 ke CL-515, bisa jadi diperlukan satu effort untuk sertifikasi ulang, pembuktian kemampuan, dan tentu ujicoba dari Indonesia selaku pihak pembeli. Kesuksesan CL-415 dengan populasi di seluruh dunia belum tentu menjadi jaminan akan keberhasilan CL-515. Ingat apa yang terjadi pada Boeing 737 MAX 8 yang juga ‘hanya berubah sedikit’ dari Boeing 737 next generation?
penulis: Weka Ning Mahardhika