
Sesuai pengumuman dari Viking Air dalam event Paris Air Show 2019 seakan menjadi lonceng kematian bagi upaya pengadaan pesawat amfibi bermesin jet Be-200 Altair buatan Rusia, yang sudah digadang akan datang.
Sedih memang, jika ternyata lawan sudah menunggu dan memukul di tikungan. Apalagi Be-200 bolak-balik membuktikan diri tangguh memadamkan api di Kalimantan.
Namun ternyata jika menilik lagi persoalan Be-200, ada beberapa fakta yang perlu diingat, dan mungkin bisa jadi penyebab kenapa Be-200 malah surut di Indonesia.

Be-200 kena embargo Ukraina akibat Rusia rakus mencaplok Krimea secara militerpada 2014. Embargo itu menyebabkan Rusia kesulitan mendapat pasokan mesin Progress D-436TP untuk Be-200.
Mesin Progress yang mentenagai Be-200 sendiri dibuat oleh pabrikan Motor Sich Ukraina Ukraina sehingga Rusia pun kalang kabut, Be-200 pesanannya juga terlambat datang. Mesin baru artinya perlu redesain baru, dan itu tidak sebentar apalagi untuk pesawat amfibi yang sangat memperhatikan bobot dan titik berat pesawat.
Dengan jumlah pengadaan CL-515 yang cukup signifikan yaitu 6 plus 1 unit CL-415, sangat sulit membayangkan bahwa Be-200 masih akan punya kans di Indonesia dalam waktu dekat.