You are here
Home > Artikel > DHC-6 Twin Otter: Raja Perintis Jadi Spesialis Intai, Cocok Buat TNI?

DHC-6 Twin Otter: Raja Perintis Jadi Spesialis Intai, Cocok Buat TNI?

Siapa tak kenal DHC-6 Twin Otter di Indonesia? Kemampuan STOL (Short Take Off & Landing) yang legendaris membuatnya malang melintang jadi pesawat perintis di Timur Indonesia, bahkan hingga detik ini.

Produksi Twin Otter sendiri memang sudah tak di tangan De Havilland dan dipegang Viking Air. Namun di tangan perusahaan itu, DHC-6 Twin Otter terbaru seri Guardian 400 malah dijejali perangkat sensor untuk misi ISTAR (Intelligence, Surveillance, & Targeting-Reconnaissance).

Adalah Airborne Technologies yang bertanggungjawab atas perombakan sistem sensor yang terpasang. Perubahan paling kentara tentu adalah pemasangan pod intai SCAR-15 di sayap kanan, dengan kamera elektro optik ARGOS II buatan Hensoldt.

Perlengkapan ini sudah mampu membuat Twin Otter Guardian 400 memotret dan merekam apa yang ada di bawah, termasuk dengan pelacak termal untuk mengungkap apa yang tersembunyi di balik rimbun pepohonan.

Twin Otter Trigana, nose art sudah cukup garang. kredit: PicBon

Jika ARGOS II belum cukup, pod SCAR 15 kedua bisa dipasang untuk radar Leonardo Osprey untuk memetakan daratan, atau perangkat geolokasi pendeteksi sinyal ponsel GSM dan satelit yang ada di darat.

Informasi itu bisa langsung dikirim ke markas dengan sistem datalink sampai jarak 200 kilometer ke stasiun penerima yang diperlengkapi dengan baik. Sepertinya ide bagus untuk TNI, dalam melaksanakan operasi intelijen senyap di Papua memburu OPM. Menggunakan platform Twin Otter yang banyak disana tentu tidak banyak menimbulkan pertanyaan.

Tinggalkan Balasan

Top