
Angkatan Udara akhirnya mengakui bahwa jet tempur F-22 Raptor tidak akan bisa memenuhi target kesiapan operasi sebesar 80% pada akhir tahun fiscal 2019, yang dulunya ditetapkan saat Menteri Pertahanan James Mattis masih menjabat.
Kepala Program Eksekutif Urusan Jet Tempur dan Pembom Brigjend Heath Collins memberitahu wartawan dalam eksibisi Life Cycle Industry Days di pertengahan Juni. Hal ini selaras dengan laporan menteri Angkatan Udara AS Heather Wilson di depan Kongres.

Brigjend Collins sendiri mengatakan bahwa angka kesiapan operasi F-22 adalah satu rahasia sehingga tak mau memberitahu angka aktualnya, walau mengatakan secara umum angka itu naik. Namun laporan Kongres sendiri mengungkap bahwa kesiapan F-22 sendiri jarang melewati angka 50 persen.
F-22 sendiri mengalami problem kesiapan rendah, salah satu diantaranya, karena lini produksi yang sudah tutup karena keputusan pengakhiran produksi yang mendadak hanya karena biaya yang membengkak.
Lockheed Martin selaku pembuat sudah diperintahkan untuk membuka satu lagi pusat perawatan di Marietta, Georgia untuk menservis F-22 selama 7 hari seminggu. AU AS hanya memiliki 186 F-22 Raptor, dengan 125 operasional untuk misi tempur.