
Seperti diketahui, Angkatan Udara India yang mayoritas menggunakan alutsista Rusia mempersenjatai jet-jet tempurnya dengan rudal buatan Rusia, R-73 untuk jarak dekat dan R-77 untuk pertempuran BVR (Beyond Visual Range).
Nyatanya, dalam pertempuran udara singkat di Balakot, Pakistan yang menerjunkan jet tempur F-16 terbukti lebih superior. F-16 Pakistan bisa menembakkan AIM-120 AMRAAM pada jarak lebih dari 140 kilometer, dari belakang garis perbatasan.
AMRAAM pulalah yang diduga menyengat MiG-21 Wing Commander Abhinandan Vastaraman hingga harus melontar dan tertangkap.
Dari skirmish singkat di Balakot itu, AU India memperoleh pelajaran menyakitkan: rudal Rusia nyatanya tak tahan lama. Jarak efektif yang dijanjikan tak terbukti, R-77 hanya bisa mulai mengunci sasaran pada jarak kurang dari 100 kilometer. Su-30MKI yang sudah disiapkan sebagai pelapis CAP (Combat Air Patrol) pun tak bisa beraksi. Jelas dibanding AMRAAM, R-77 kalah skor.
Gara-gara itulah, AU India kini sudah berpikir untuk melakukan integrasi ke sistem rudal I-Derby-ER (Extended Range) yang punya jarak lebih panjang dibanding R-77, mencapai 100 kilometer. Integrasi Derby-ER ke Su-30MKI untuk membuatnya bertaring tajam.
Masalahnya kemudian ada pada Rusia, yang memegang lisensi dan ijin untuk memodifikasi Su-30MKI. Apakah Rusia akan rela membiarkan Su-30MKI membawa Derby, sementara mereka tengah berupaya menggolkan RVV-AE yang merupakan versi lanjutan R-77 untuk AU India?