
Semua orang mungkin tahu, kemampuan AAR atau Air to Air Refueling alias pengisian bahan bakar di udara TNI AU mengandalkan pada 2 unit pesawat KC-130B yang usianya sudah melewati angka 40 tahun.
Satu pesawat di antaranya, C-130B A-1310 jatuh di Medan setelah take off pada 30 Juni 2015 dan menimpa sejumlah rumah dan reruntuhannya jatuh di Jl. Jamin Ginting.
Satu KC-130B yang tersisa, A-1309, diputuskan untuk menjalani peremajaan umur di AIROD (Aircraft Inspection Repair & Overhaul Depot) yang memiliki sertifikasi pengerjaan C-130 di Malaysia pada tahun 2016.

Memang sedikit ‘berlawanan’ dengan janji Menhan Ryamizard pasca kecelakaan bahwa alutsista berusia di atas 40 tahun harus diganti, tapi KC-130B menjadi aset strategis satu-satunya, dan pengadaan tanker bukan sesuatu yang mudah. Akhirnya diputuskan bahwa KC-130B harus diremajakan atau ‘dinolkan kembali’ usianya.
Item pengerjaan retrofit dan upgrading pesawat sangat menyeluruh seperti penggantian outer wing, structure replacement dan upgrading serta modifikasi ECS, APU, avionic dan generator disconnect.

Selama tiga tahun pengerjaan di AIROD, sudah tentu TNI AU kehilangan kemampuan pengisian bahan bakar di udara. Artinya Hawk 100/200 dan Sukhoi Su-27/30 yang mampu mengisi bahan bakar dengan metoda drogue and chute jadi tidak bisa melatihkan kemampuannya.
Untungnya, KC-130B A-1309 akhirnya tiba di tanah air, tepatnya tiba di Skadron Udara 32, Lanud Abdulrachman Saleh, Malang dengan Letkol Pnb. Taufik N.C. di balik kendali pada tanggal 29 Juni 2019.
Sebagai satu-satunya aset tanker, kembalinya KC-130B pun disambut meriah dengan water salute. Selamat bergabung kembali dan selamat bertugas, A-1309!