
Diembargonya pengiriman F-35 Turki dan dihentikannya keterlibatan industri pertahanan Turki dalam program tersebut oleh AS adalah soal politik. Biarpun AS mengatakan Turki rugi banyak, betapapun Lockheed Martin selaku pabrikan juga pusing karena kehilangan penjualan.
Lockheed jelas harus berhitung ulang mengenai slot produksi yang sudah diatur per lot yang terdiri dari bauran produksi milik AS dan Negara mitra termasuk Turki. Hilangnya Turki tentu blessing in disguise buat pemesan lain, bisa terima pesanan lebih cepat.
Namun secara bisnis, 100 unit F-35 yang hilang jelas bukan perkara gampang.

Dalam sebuah pernyataan, Lockheed Martin mengatakan perusahaan “telah bermitra erat dengan pemerintah AS dan rantai pasokan kami untuk meminimalkan dampak pada program F-35 (atas hengkangnya Turki).
Selama beberapa bulan terakhir, kami telah berupaya untuk membangun sumber pasokan alternatif di Amerika Serikat untuk dengan cepat mengakomodasi kontribusi Turki saat ini pada program ini.
Tindakan ini akan membatasi produksi atau dampak keberlanjutan di masa depan, dan kami tetap di jalurnya untuk memenuhi komitmen kami dalam memberikan 131 F-35 tahun ini. “