Indonesia adalah negeri maritim yang luas. Sudah sewajarnya negeri ini memiliki armada pesawat patroli udara yang tidak sekedar berpatroli di dalam wilayah territorial seperti CN-235MPA, namun juga mencakup ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif).

Di satu sisi, kita juga mengetahui bahwa armada Camar Emas B737-2X9 Surveiller sudah menua dan membutuhkan pengganti yang jauh lebih mumpuni, tidak hanya mengamati namun juga melakukan penindakan atas pelanggaran.

Baca juga: P-8 Poseidon Inggris Terbang Perdana

Boeing di websitenya ternyata cukup terang-terangan menawarkan sejumlah solusi produk kemiliteran untuk Indonesia, salah satunya adalah pesawat patroli/ intai maritim P-8A Poseidon.

Dalam Bahasa Boeing, “Pengintaian maritim, pengamatan, dan kemampuan intai semakin menempati posisi di garis depan wilayah dan kami melihat adanya kesempatan untuk peningkatan kemampuan itu di Indonesia. Solusi kami mencakup kemampuan intai maritime jarak jauh dengan pesawat P-8 kami.

Baca juga: Iran sudah bidik P-8 Poseidon AS

Dengan keterbukaan informasi tersebut, jelas sudah bahwa Pemerintah AS merestui kalau Indonesia memiliki platform seperti P-8A Poseidon. Pertanyaan selanjutnya adalah mekanisme pendanaan, karena skema FMS (Foreign Military Sales) belum tentu memiliki pagu yang memadai. Apakah Indonesia berani menempuh DCS (Direct Commercial Sales)?